Pertukaran Ion NaCl dan HCl Menggunakan Ressin Penukar Ion

 



A.    TUJUAN

1.      Mempelajari pengaruh jumlah resin terhadap proses pertukaran ion

2.      Mempelajari proses regenerasi resin penukar ion

3.      Menentukan tetapan kesetimbangan pertukaran ion dan daya pisah proses pertukaran ion sebagai fungsi pH larutan

B.     DASAR TEORI
         Penukar ion adalah zat yang tidak kontak dengan larutan elektroit akan mengambil ion bermuatan positif atau negatif dan sebagai gantinya akan melepaskan sejumlah ekuivalen kation atau anion lain yaitu ion dengan tanda muatan yang sama. Pertukaran ion sendiri secara umum diartikan sebagai pertukaran dari ionion yang memiliki muatan yang sama, antara suatu larutan dan padatan secara sangat tidak dapat larut, harus mengandung ion-ion miliknya sendiri. Agar pertukaran dapat berlangsung secara cepat dan ekstensif sehingga mempunyai nilai praktis, zat padat tersebut harus mempunyai struktur molekul yang terbuka dan dapat ditembus (permiable) sehingga ion-ion dan molekul-molekul pelarut dapat bergerak keluar masuk dengan bebas . Resin penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi bermuatan. Pemisahan pertukaran ion sederhana berdasarkan perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resin, jika senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak, ion terlarut keluar awal pada kromatogram sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi kuat dengan resin berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan (Sudjadi, 1988).
           Pertukaran kation akan menukar ion bermuatan positif, penukaran anion akan menukar ion negatif. Keduanya merupakan zat yang bermolekul tinggi dengan gugus aktif yang dapat dilakukan, yang terkompensasi dengan ion lawan sesuai yang dapat bergerak. Penukar kation terdiri dari matrik polianion tiga dimensi dengan kation yang bebas bergerak, penukar anion sesuai dengan itu terdiri dari matriks polikation dengan anion yang bebas bergerak. Semua pertukaran ion yang bernilai dalam analisis (proses penentuan adanya unsur atau kuantitas tiap unsur), memiliki beberapa kesamaan sifat, yaitu hampir tidak larut dalam air atau dalam pelarut organik dan mengandung ion-ion aktif atau ion-ion lawan yang bertukar secara reversible (mampu bergerak ke arah yang berlawanan) dengan ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya, tanpa disertai terjadinya perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut. Pertukaran ion ini bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimetrik. Polimer ini membawa suatu muatan listrik yang dapat dinetralkan oleh muatanmuatan pada ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam suatu penukar kation dan berupa anion-anion dalam penukar anion (Khopkar, 1990).



Macam-macam Resin Penukar Ion
       Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas diklafikasikan dalam empat golongan yaitu :
a. Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).
b. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan -COOH).
c. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuarterner).
d. Resin penukar anion bersifat asam lemah (mengandung gugusan -OH sebagai gugusan labil), (James. E. Brady, 1976).
           Beberapa substituen (suatu atom atau gugus atom yang melekat pada suatu molekul sebagai pengganti atom lain) ionik yang digunakan pada penukar ion diantaranya yaitu penukar kation bersifat asam kuat mengandung gugus asam sulfonat, sedangkan substituen asam fosfat digunakan sebagai penukar ion bersifat asam agak kuat. Penukar kation bersifat asam lemah menggunakan gugus fungsi asam karboksilat. Penukar anion bersifat basa kuat menggunakan gugus tetraalkilamonium untuk interaksi ionik, sedangkan penukar anion bersifat basa lemah mengandung gugus tertieramina. Untuk tujuan tertentu digunakan penukar
ion dengan suatu kombinasi gugus fungsi (Sudjadi, 1988).
           Kapasitas bahan penukar ion ditentukan oleh kadar gugus ionik terukur dalam stukturnya. Kapasitas penukar ion merupakan fungsi pH. Pada pH rendah, ionisasi dari resin asam dihambat dan kapasitas penukarannya berkurang. Pada ionisasi penukar ion bersifat basa akan dihambat pada pH tinggi, menyebabkan pengurangan kapasitas penukaran dari resin itu. Penukar kation bersifat asam kuat mempunyai kapasitas penggunaan diatas pH 2, penukar kation bersifat asam lemah mempunyai kapasitas perubahan hanya diatas pH 8, penukar anion bersifat basa kuat digunakan dibawah pH 10, dan penukar anion bersifat basa lemah digunakan dibawah pH 6 (Sudjadi, 1988).
          Kebanyakan pemisahan resin penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi dari air. Resin penukar ion dengan fasa gerak media air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak. Kenaikan kadar garam dalam fasa gerak menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada resin. Resin didalam kolom akan rusak jika tidak terendam larutan atau air. Perlu diketahui bahwa air murni yang digunakan dalam laboratorium ini bukan aquades (air suling) melainkan aqua demineralisasi (aqua-dm) ialah air yang bebas dari anion. Air ini diperoleh dengan cara mengalirkan air kran melalui resin penukar ion, jadi bebas ion-ion (Sutrisno, 2009).

Mekanisme Penukar Ion
Berbagai teori telah dicoba dikemukakan dalam usaha untuk menjelaskan mekanisme pertukaran yang dapat dikelompokan dalam tiga bagian yaitu :
a. Pertukaran kisi kristal, pada teori kisi kristal, Pauling dan Bragg menggambarkan suatu analogi antara resin   penukar ion dan zat padat ionik. Pada zat padat ionik penyusun kisi kristal berupa ion-ion bukan molekul.    Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun nonkristalin adalah sangat mirip dengan pertukaran kisi kristal. Resi adalah polimer tidak larut dengan berat molekul tinggi yaitu elektrolit.
b. Lapisan rangkap, pada teori lapisan rangkap sifat elektronika suatu koloid telah dikembangkan pada sistem penukar ion untuk menginterprestasikan berbagai faktor yang bersangkutan dengannya. Menurut Gouy dan Stern, lapisan rangkap terdiri atas lapisan dalam yang tetap serta lapisna muatan luar yang mudah bergerak dan menghambur. Lapisan-lapisan muatan berasal dari ion-ion yang terabsopsi dan ion-ion tersebut berbeda dengan ion-ion yang terdapat pada lapisan bagian dalam. Lapisan ion ini berpengaruh terhadap sifat elektrokinetika sistem koloid. Konsentrasi dari ion-ion pada lapisan luar yang menghambur berhubungan dengan konsentrasi dan pH luar.
c. Membran Donnan, teori membran Donnan berhubungan dengan distribusi tidak serasi ion-ion pada kedua sisi membran. Satu sisi mengandung elektrolit yang ion-ionnya tidak dapat menembus melalui membran. Pada kesetimbangan pertukaran ion bidang batas antara fase cair dan padat dianggap sebagai membran. Ion yang tidak dapat berdifusi adalah benang benang koloid yang mengikat ion-ion yang dapat bertukar (Khopkar,1990).

Faktor-faktor yang Penukar Ion
             Beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam resin penukar ion yaitu : (1) Partikel yang sama dengan bahan terobosan relatif kecil, (2) Stabilitas mekanik yang tinggi, (3) Tidak larut dalam air dan pelarut yang digunakan, (4) Tahan terhadap asam dan basa yang mengoksidasi, (5) Tahan terhadap panas, (6) Tidak mempunyai daya adsorpsi terhadap ion lawan yang bergerak bebas, (7) Dapat diregenerasi, dan (8) Kapasitas penukar dan aktifitas penukar sudah tertentu (SM Khopkar, 1990).
             Kapsaitas penukaran merupakan ukuran keseluruhan gugus yang terlibat pada proses penukaran per gram penukaran ion. Harga ini memberikan jumlah yang dibutuhkan untuk perubahan suatu penukar anion dinyatakan dalam jumlah ekivalen dalam mol, yang diikat oleh satu gram penukar ion (SM Khopkar, 1990). Faktor yang mempengaruhi kapasitas penukaran adalah koefisien distribusi ditentukan oleh perbandingan antara aktifitas spesies-spesies pada fase resin dan dalam larutan serta pengenceran pada larutan mempunyai sedikit pengaruh koefisien selektifitas asalkan tidak ada hidrolisis ataupun kesetimbangan kompleks. Koefisien selektifitas dapat berubah karena berbagai sebab antara lain konsetrasi total ion-ion dalam fase reda selektifitas, struktur kimia dan matriks resin, koefisien aktifitas pada kedua fase, dan konsentrasi total logam pada fase resin (SM Khopkar, 1990).
          Segi yang bermakna dari penukar ion adalah tentunya hal selektivitasnya, yaitu harga-harga dari perbandingan konsentrasi ion dalam mesin dengan konsentrasi ion yang sama dalam larutan berbeda untuk berbagai ion, dan karenanya pemisahan dapat dilaksanakan dengan penukar ion. Tanda dari muatan suatu ion tertentu penting dalam hal selektivitas. Suatu kation tidak dapat ikut serta dalan penukaran pada resinn penukar anion begitupun sebaliknya. Dengan ion yang sama, resin masih juga menunjukkan selektivitas (Sudjadi, 1988). Perubahan suhu biasanya tidak digunakan sebagai langkah utama untuk menaikkan pemisahan karena pengaruh suhu pada selektivitas pemisahan penukaran ion sulit diramal. Faktor yang penting dalam resin penukar ion adalah jari-jari ion, makin kecil suatu ion dengan muatan tertentu maka semakin kuat diikat oleh resin (Sudjadi, 1988).
Syarat-syarat dasar suatu resin adalah :
1.      Resin harus tidak larut dalam air.
2.      Resin harus cukup hidrofilik sehingga memungkinkan terjadinya difusi ion-ion dengan laju yang terukur.
3.      Resin harus mempunyai cukup banyak gugus penukar ion dan stabil secara kimiawi.
4.      Jika resin mengembang akibat terkena air, maka densitas resin pada saat mengembang harus lebih besar dari pada air.

Resin Penukar Kation
            Resin kationik adalah bahan elektrolit aktif yang dapat menukar kation yang terdapat dalam medium sekitarnya. Raksinya adalah sebagai berikut :
            R-Na+ + M+A- à R-M+ + Na+A-
Reaksi kationik dibagi menjadi dua :
1.      Resin penukar kation bersifat asam kuat, yaitu mengandung gugus HSO3. Contoh : Amberlite IR 100, Amberlite IR 105, Amberlite IR 120, Dowex 30
2.      Resin penukar kation bersifat asam lemah yang mengandung gugus COOH. Contoh : Amberlite 112C SC, Alkalex
Pola reaksinya adalah sebagai berikut :
            R-H+ + M+A- à R-M+ + H+A- (pemecahan garam)
            R-H+ + M+(OH-) à R-M+ + H2O (netralisasi)
            R-SO3-H+ + NaCl à R-SO3-Na+ + HCl

Resin Penukar Anion
            Resin anionik adalah suatu bahan pertukaran ion yang dapat menukarkan anion yang ada dalam medium sekitarnya. Resin anionik ada dua yaitu :
1.      Resin penukar anion bersifat basa kuat, yang mengandung amina tersier atau kuartener. Contoh Amberlite IR A-400, Dowex 21
2.      Resin penukar anion bersifat basa lemah, mengandung OH sebagai gugus labil. Contoh Amberlite IR 48, Amberlite IR 45, Duolite A-2.
Secara umum petanya adalah :
            R+(OH-) + M+A- à R+A- + M+(OH-) (pemecahan garam)
            R+(OH-) + M+A- à R+A- + H2O (netralisasi)

Beberapa penukar ion yang banyak beredar di pasaran adalah sebagai berikut :
Tipe
Permultit Co Ltd, London
Rohm & Hass Co, USA
Dow Chemical Co, USA
Merck, Bayer West Germany
Penukar kation asam kuat
Zerolit 215
Zerolit 225
Amberlite 100
Amberlite 120
Amberlite 200
Dowex 30
Dowex 50
Lewatit S 1020
Lewatit S 1080
Penukar kation asam lemah
Zerolit 226
Amberlite 50
Dowex CCR-1
Lewatit CP 3050
Penukar anion basa kuat
Zerolit FF
Amberlite 400
Amberlite 410
Dowex 1
Dowex 2
Lewatit M 5020
Lewatit M 5080
Penukar anion basa lemah
Zerolit H
Zerolit G
Amberlite 68
Amberlite 45
Dowex 3
Lewatit MP 7080


Kesetimbangan Pertukaran Ion
            Reaksi pertukaran ion pada umumnya bersifat reversible (dapat balik) dan merupakan reaksi stoikhiometris. Bila suatu resin mengandung ion yang dapat dipertukarkan A+ dan akan bertukar dengan ion B+, maka reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :
            R-A+ + B+  à  R-B+ + A+

Maka tetapan kesetimbangan pertukaran ion dapat ditulis sebagai :
Dengan :
KC            :    tetapan kesetimbangan pertukaran ion
[A+]         :    konsentrasi ion A+ dalam larutan
[B+]          :    konsentrasi ion B+ dalam larutan
[R-A+]     :    konsentrasi ion A+ dalam resin
[R-B+]      :    konsentrasi ion B+ dalam resin

Untuk pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui perilaku pertukaran kation atau anion, biasa ditentukan dengan besaran koefisien distribusi (D). Koefisien distribusi ada tiga macam yaitu :
  1. Dc adalah perbandingan konsentrasi total terlarut dalam penukar ion dengan konsentrasi dalam larutan.
  2. Dg adalah perbandingan jumlah total terlarut tiap gram penukar ion kering terhadap konsentrasi dalam larutan.
  3. Dv adalah perbandingan jumlah total terlarut dalam sejumlah volume penukar ion terhadap konsentrasi dalam larutan.
Sedangkan faktor pemisah adalah :
Dengan garis atas berarti dalam penukar ion. Jika aAB > 1 berarti ion A lebih disukai terambil dari pada ion B.
Beberapa variabel yang dapat mempengaruhi proses pertukaran ion antara lain :
  1. Suhu, pertukaran ion dipengaruhi suhu akan tetapi hanya kecil sehingga kurang mempengaruhi laju proses. Operasi pada suhu tinggi baru akan bermanfaat bila larutan semula memang pada suhu tersebut atau bila larutan terlalu kental jika dioperasikan pada suhu ruangan.
  2. Tekanan, kesetimbangan pertukaran tidak dipengaruhi oleh adanya tekanan karena praktis tidak ada perubahan volume penukar dan larutannya.
  3. Amfolit, misal dalam biokimia, penggunaan pertukaran ion dan kromatografi terutama untuk memisahkan campuran kompleks molekul amfoter, atau amfolit seperti asam amino, peptida, protein, dan nukleotida. Amfolit dapat dianggap asam atau basa organik.
  4. Pertukaran ion organik, afinitas kation organik besar (tetrametilamonium, kininium, dll) meningkat sesuai dengan bertambahnya ukuran ion. Hal ini tidak sama dengan kation anorganik biasa. Untuk kation organik, gaya Van der Waals berperan dominan pada afinitasnya. Sedangkan untuk laju pertukaran justru akan menurun jika ukurannya bertambah.
  5. Perilaku menyimpang, beberapa proses pertukaran ion sering terjadi penyimpangan mekanisme, oleh karenanya perlu dilakukan kajian lebih lanjut.


C.    ALAT DAN BAHAN

-          Bahan :
1.      Resin penukar ion
2.      HCl
3.      NaCl
4.      Aquadest
-          Alat :
1.      pH meter
2.      Magnetik stirer
3.      Gelas beker
4.      Pipet ukur

5.      Alat-alat gelas lainnya

A.    LANGKAH KERJA
Mempelajari pengaruh jumlah resin terhadap proses pertukaran ion
2.      20 mL larutan tersebut dimasukkan ke dalam gelas beker, dan ditambahkan 50 mL aquadest.
3.      resin penukar ion ditimbang sebanyak 0,4 gram, dan di masukkan ke dalam gelas beker yang berisi larutan NaCl.
4.      alat dirangkai seperti pada gambar, kemudian diamati pH-nya.
5.      langkah nomor 1 sampai dengan 4 diulangi dan dibuat grafik hubungan antara jumlah ion Na+ yang dipertukarkan sebagai fungsi jumlah resin.

Mempelajari proses regenarasi resin penukar ion
1.      Dari percobaan pertama, larutan yang berisi resin di saring, kemudian resin diambil dan di keringkan.
2.      Setelah kering dan dingin, resin dimasukkan ke dalam beker larutan HCl 0,4 N dan 0,5 N sebanyak 5 mL dan 50 mL aquadest.
3.      Ukurlah pH akhir larutan.

Penentukan tetapan kesetimbangan pertukaran ion dan daya pisah
1.      Buatlah deret larutan NaCl 0,1 N 50 mL sebanyak 5 buah beker.
2.      Pada beker pertama, kedua, dan ketiga tambahkan HCl 0,1 N sebanyak 0 mL, 1 mL, dan 3 mL, pada beker keempat dan kelima tambahkan NaOH 0,1 N sebanyak 2 mL dan 7 mL.
3.      Ukurlah pH masing-masing larutan di atas.
4.      Tambahkan pada masing-masing larutan tersebut sebanyak 0,2 gram resin penukar ion dan aduklah hingga tidak terjadi pertukaran ion lagi.
5.      Amati pH masing-masing larutan.
6.      Tentukan koefisien distribusi dan daya pisahnya.
7.      Buat grafik hubungan antara koefisien distribusi dan daya pisah sebagai fungsi pH larutan.

B.     PERHITUNGAN
1.      Jumlah Konsentrasi larutan NaCl terhadap Proses Pertukaran ion
Resin  Na
-          Massa Resin Na = 0,4032 gr
-          BM Resin Na = 206 gr/mol
-          Massa Larutan NaCl 0,4 N = 2,3220 gr
-          Massa Larutan NaCl 0,5 N = 2,9166 gr
-           Larutan NaCl = 58,5 gr/mol
Menghitung Mol Resin Na dan Mol NaCl 0,4N dan 0,5N
Menghitung Mol NaCl 0,4N
Menghitung Mol NaCl 0,5N

-          pH Awal = 7,7

Mol awal Na
-          pH Akhir = 7
Konsentrasi Na Yang bereaksi :
Mol Na Yang Bereaksi :
Reaksi :


Sehingga, Kesetimbangannya :
Volume sama = 0,1 L
Dengan Cara Yang SamaDi peroleh
No
Konsentrasi
Resin (gr)
Kc
α
1
0,4 N
Cl (0,4055 gr)
1.087x10-07
0.001477815
2
0,5 N
Na (0,4031 gr)
9.124x10-10
0.000136
3
0,5 N
Cl (0,4025 gr)
5.629x10-09
0.000379

1.      Proses Regenerasi Penukar Ion
Untuk Resin Na :
-          Mol Sisa R-Na+ Pereaksi                    = 1,956x10-3 mol
-          Mol Sisa R-Na+ Hasil reaksi               = 8,01x10-9 mol
pH Awal HCl 0,4N = 2,6
Mol awal H
pH Akhir = 2,5
Konsentrasi H Yang bereaksi :
Mol H Yang Bereaksi :
Reaksi :


Sehingga, Kesetimbangannya :
Volume sama = 0,05 L


Dengan Cara yang Sama di peroleh
No
Konsentrasi
Resin sisa (mol)
Kc
α
1
0,4 N
Cl (0.001963 mol)
0.003806
0.010573
2
0,5 N
Na (0.001956468 mol)
0.178008
0.116564
3
0,5 N
Cl (0.001952 mol)
13.72895
0.080414

2.      Penentuan Tetapan Kesetimbangan Pertukaran ion dan daya pisah

pH Awal H2O = 6,5
Mol awal H
pH Akhir = 4,4
Konsentrasi H Yang bereaksi :
Mol H Yang Bereaksi :
Reaksi :


Sehingga, Kesetimbangannya :
Volume sama = 0,05 L


Dengan Cara yang Sama di peroleh
No
Larutan
Volume
Resin (mol)
Kc
α
1
H2O
50 ml
Na (0.000972 mol)
3.19E-14
9.52E-06
2
HCl+NaCl
16 ml
Cl (0.000988 mol)
3.13E-01
1.21E-01
3
HCl+NaCl
16 ml
Na (0.000976 mol)
7.88E-01
1.64E-01

A.    PEMBAHASAN
Pertukaran ion adalah proses pertukaran kimia yaitu zat yang tidak dapat larut memisahkan ion bermuatan positif atau negative dari larutan elektrolit dan melepaskan ion bermuatan sejenis ke dalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini dapat menyebabkan perubahan struktur fisik dari resin penukar ion.
Jika resin (X) di larutkan dalam suatu larutan, maka akan terjadi reaksi kesetimbangan
R-X+ + M+A- à R-M+ + X+A-
Pada praktikum ini di gunakan dua resin penukar ion yaitu resin (Na) dan Resin (Cl), di mana resin (Na) merupakan penukar ion yang bersifat kation, sedangkan resin (Cl) bersifat anion. Dan larutan yang di gunakan untuk mereaksikan kedua resin tersebut adalah Air (H2O), larutan garam (NaCl) dan larutan asam Kuat (HCl). Pertama, melarutkan resin Na dan resin Cl ke dalam larutan Garam NaCl 0,5N dan 0,4N lalu membentuk reaksi kesetimbangan.
Reaksi Kation :
R-Na+ + NaCl à R-Na+ + NaCl
Reaksi Anion :
R+Cl- + NaCl à R+Cl- + NaCl
Ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap pertukaran ion. Dari grafik, pengaruh konsentrasi ini sangat mempengaruhi, sehingga grafik mengalami penurunan, baik untuk resin Cl maupun resin Na.
      Kedua, Resin Na dan Resin Cl di larutkan dalam larutan asam kuat HCl 0,4 N dan 0,5 N, ini bertujuan untuk mengetahui proses regenerasi pada penukar ion, di mana resin dari dari percobaan pertama di kembalikan ke keadaan awal sehingga dapat di manfaatkan kembali. Reaksi kesetimbangan yang terjadi antara resin dan larutan asam yaitu :
Proses Anion
R+Cl- + HCl à R+Cl- + HCl
Proses Kation
R-Na+ + HCl à R-H+ + NaCl
Untuk proses anion, terjadi pertukaran ion walaupun tidak terlalu dominan. Hal Ini di ketahui dari perhitungan, mol hasil pembentukan resin Cl dari pertukaran jauh lebih kecil. Kemudian pada proses kation, Na bertukar dengan H, sehingga membentuk resin H.
Ketiga, penentuan tetapan kesetimbangan pertukaran ion dan daya pisah di lakukan dengan cara melarutkan resin Na dan resin Cl, kedalam air (H2O) dan juga larutan campuran dari NaCl dan HCl, sehingga terjadi reaksi kesetimbangan pertukaran ion.
Pada Air (H2O) reaksi :
Proses Kation
R-Na+ + H2O à R-H+ + NaOH
Proses Anion
R+Cl- + H2O à R+OH- + HCl
Pada Campuran  NaCl+HCl L
Proses Anion
R+Cl- + HCl + NaClà R+Cl- + HCl + NaCl
Proses Kation
R-Na+ + HCl + NaCl à R-H+ + NaCl + NaCl’
Pada proses ini di peroleh tetapan kesetimbangan dan daya pisah :
No
Larutan
Volume
Resin (mol)
Kc
α
1
H2O
50mL
Cl (0,000998 mol)
1.41E-09
1.97E-03
2
H2O
50 ml
Na (0.000972 mol)
3.19E-14
9.52E-06
3
HCl+NaCl
16 ml
Cl (0.000988 mol)
3.13E-01
1.21E-01
4
HCl+NaCl
16 ml
Na (0.000976 mol)
7.88E-01
1.64E-01

B.     KESIMPULAN :
1.      Pertukaran ion adalah proses pertukaran kimia yaitu zat yang tidak dapat larut memisahkan ion bermuatan positif atau negative dari larutan elektrolit dan melepaskan ion bermuatan sejenis ke dalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama.
2.      Tetapan kesetimbangan dan daya pisah adalah :
o   Pengaruh Konsentrasi Larutan garam terhadap jumlah resin :
No
Konsentrasi (NaCl)
Resin (gr)
Kc
α
1
0,4 N
Na (0,4032 gr)
2
0,4 N
Cl (0,4055 gr)
1.087x10-07
0.001477815
3
0,5 N
Na (0,4031 gr)
9.124x10-10
0.000136
4
0,5 N
Cl (0,4025 gr)
5.629x10-09
0.000379

o   Proses Regenerasi Penukar Ion
No
Konsentrasi (HCl)
Resin sisa (mol)
Kc
α
1
0,4 N
Na (
2
0,4 N
Cl (0.001963 mol)
0.003806
0.010573
3
0,5 N
Na (0.001956 mol)
0.178008
0.116564
4
0,5 N
Cl (0.001952 mol)
13.72895
0.080414
           
o   Penentuan Kesetimbangan pertukaran ion dan daya pisah
No
Larutan
Volume
Resin (mol)
Kc
α
1
H2O
50mL
Cl (0,000998 mol)
1.41E-09
1.97E-03
2
H2O
50 ml
Na (0.000972 mol)
3.19E-14
9.52E-06
3
HCl+NaCl
16 ml
Cl (0.000988 mol)
3.13E-01
1.21E-01
4
HCl+NaCl
16 ml
Na (0.000976 mol)
7.88E-01
1.64E-01

C.    DAFTAR PUSTAKA

Day, dan Underwood.1989. Analisa Kimia Kuantitatif.  Jakarta: Erlangga.
Khopkar. S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI
Brady E, James 1994. Kimia Universitas Asas dan struktur, Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta.
Sudjadi, 1988. Metode Pemisahan. Universitas Gajah Mada: Kanisius Yogyakarta.
Sutrisno, Ela Tumala. 2009.Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung: UNPAS.






Yogyakarta, 16 Maret 2014
Asisten                                                                                                                  Praktikan



Ir, Bangun                                                                                                 Salman Yasir F.P

    Choose :
  • OR
  • To comment