INSTRUMENTASI
KIMIA
ACARA
:
SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM
Disusun Oleh :
Nama :
Salman Yasir F.P
NIM :
011200322
Prodi :
Teknokimia Nuklir
Semester :
3
Kelompok :
H
Teman Kerja :
1. Anwar Jundiy
2. Gyan Prameswara
Tanggal Praktikum :
30 Oktober 2013
Asisten :
Maria Christina P
SEKOLAH TINGGI
TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL
YOGYAKARTA
2013
SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)
I.
TUJUAN
1.
Memahami prinsip kerja
Spektrometri Serapan Atom (SSA).
2.
Menentukan figure of
merit dari AAS yang berupa sensitivitas, akurasi, presisi, dan limit deteksi.
3.
Menentukan konsentrasi
unsur Fe di dalam suatu sampel bayam.
II.
DASAR
TEORI
Spektrometri atomik adalah metode pengukuran
spektrum yang berkaitan dengan serapan dan emisi atom.Bila suatu molekul
mempunyai bentuk spektra pita , maka suatu atom akan mempunyai spektra garis.
Atom-atom yang terlibat dalam metode pengukuran spektrometri atomik haruslah
atom-atom bebas yang garis spektranya dapat diamati. Pengamatan garis spektra
yang spesifik ini dapat digunakan untuk analisi unsur baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Absorbsi (serapan) atom adalah suatu proses
penyerapan bagian sinar oleh atom-atom bebas pada panjang gelombang (ג) tertentu dari
atom itu sendiri sehingga konsentrasi suatu logam dapat ditentukan. Karena
absorbansi sebanding dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat
digunakan untuk sistem pengukuran atau analisis kuantitatif.
Spektrometri
Serapan Atom (SSA) dalam kimia analitik dapat diartikan sebagai suatu teknik
untuk menentukan konsentrasi unsur logam tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik
pengukuran ini dapat diartikan dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi
lebih dari 62 jenis unsur logam.
Teknik
Spektrometri Serapan Atom (SSA) dikembangakan oleh suatu tim peniliti kimia
Australia pada tahun 1950-an, yang dipimpin oleh Alan Walsh, di CSIRO (Commonwealth Science and Industry Research
Organization) bagian kimia fisik di Melbourne, Australia.
Unsur-unsur
dalam cuplikan diidentifikasi dengan sensitivitas dan limit deteksi pada teknik
pengukuran ini dapat mencapai <1 mg/L (1 ppm) bila menggunakan lampu nyala
biasa dan dapat dicapai sampai 0,1 ppm dengan menggunakan prosedur SSA yang
lebih canggih.
Dalam
spektroskopi atomik, faktor-faktor yang dapat menyebabkan pelebaran garis
spektra merupakan suatu problem dalam sistem analisis metode ini. Dua hal yang
paling sering menimbulkan problem ini adalah pelebaran efek Doppler (Doppler Boardening) dan pelebaran
tekanan (Pressure Boardening).
Prinsip
analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur
yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis unsur. Atom suatu unsur
akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan
melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi.
Frekuansi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur dan
intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian
mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi
atom). Untuk SSA keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu, populasi atom pada
tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan energi radiasi
oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini
menyebabkan terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang diberikan.
Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat
dasar tersebut.
Larutan
sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah
menjadi uap atom sehingga nyala rnengandung atom unsur-unsur yang dianalisis.
Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh ayala, tetapi
kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground
state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan
oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang
gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang
gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum
Lambert-Beer. yakni absorbansi berbanding lurus dengan panjang uyala yang
dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit
untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi
hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel.
Teknik-teknik analisisnya sama seperti pada spektrofotometri UV-Vis yaitu
standar tunggal, kurva kalibrasi dan kurva adisi standar.
-
PRINSIP DASAR SSA :
1. Cuplikan atau larutan cuplikan dibakar dalam suatu nyala
atau dipanaskan dalam suatu tabung khusus (misal tungku api).
2. Dalam setiap atom tersebut ada sejumlah tingkatan energi
diskrit yang ditempati oleh elektron. Tingkat energy biasanya dimulai dengan Eo
bila berada pada keadaan dasar (grouns state level)sampai E1,E2,sampai
E∞.
-
INSTRUMENTASI
Suatu alat
absorbsi atom terjadi dari komponen-komponen dasar yang sama seperti
spektrofotometer biasa, jadi mengandung : sumber radiasi, monokromator, tempat
cuplikan (dalam hal ini nyala),detector dan indicator penguatan (amplifier).
Spektrofotometer absorpsi atom ada yang single-beam
dan ada pula yang double-beam.
I.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Unit Spektrometri Serapan Atom
2. Neraca analitik
3. Labu takar
4. Pipet tetes
5. Pipet volume
6. Bulppet
7. Buret
8. Statif
9. Gelas beker
10. Sendok sunggu
11. Batang pengaduk
12. Botol semprot
13. Beker teflon
14. Kompor listrik
15. Gelas arloji
16. Tissue
17. Mortar dan alu
18. Pipet appendorf
b. Bahan
1. Aquades
2. (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
3. ZnSO4.7H2O
4. HNO3 pekat
5. H2SO4 pekat
6. Sampeldaun pepaya
II.
LANGKAH KERJA
§ Preparasi
Larutan Standar
a. Dibuat larutan standar Fe 1000 ppm sebanyak 250 ml dengan
cara menimbang (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
sebanyak 1,755 gram, kemudian dimasukan ke dalam labu takar 250 ml dan
dilarutkan dengan aquades serta ditanda bataskan.
b. Larutan Fe 1000 ppm diencerkan menjadi 50 ppm,25 ppm,10
ppm ,dan 1 ppm. Larutan ini digunakan untuk memberikan kurva kalibrasi.
§ Preparasi cuplikan
a. Daun pepaya dicuci dan dikeringkan menggunakan hair
dryer, kemudian ditumbuk hingga halus
b. Sampel daun pepaya ditimbang dengan metode timbang
selisih, kemudian dimasukkan ke dalam beker teflon dan ditambahkan dengan H2SO4
pekat.
c. Beker teflon ditutup dengan kaca arloji kemudian
dipanskan dalam bak logam berisi pasir diatas kompor listrik dengan sangat
hati-hati.
d. Setelah semua sampel bayam larut, HNO3 pekat
diteteskan dan larutan berubah warna menjadi bening, beker teflon kemudian
diangkat dari kompor listrik dan didinginkan.
e. Larutan kemudian diencerkan ke dalam labu takar 50 ml.
f. Sebanyak 1 mL larutan sampel diencerkan lagi ke dalam labu takar 25
mL.
g. Untuk metode adisi standar, 1 mL sampel Fe ditambahkan
dengan 1 mL larutan standar 100ppm kemudian diencerkan dalam labu takar 50mL
§ Analisis
cuplikan
a. Unit AAS diaktifkan kemudian dilakukan pengukuran
absorbansi blanko.
b. Dilakukan pengukuran absorbansi untuk 6 variasi larutan
standar.
c. Dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel.
d. Data yang diperoleh kemudian disimpan sesuai dengan nama
kelompok.
III.
DATA PERCOBAAN
·
Massa
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O = 1,755
gram/250ml
·
Massa
bayam = 2,1212 gram
·
Pengenceran
larutan standar dari 1000 ppm
No
|
Konsentrasi awal (ppm)
|
Volume awal (ml)
|
Konsentrasi akhir (ppm)
|
Volume akhir (ml)
|
1
|
1000
|
25
|
100
|
250
|
2
|
100
|
25
|
50
|
50
|
3
|
50
|
25
|
25
|
50
|
5
|
50
|
10
|
10
|
50
|
6
|
10
|
25
|
5
|
50
|
7
|
5
|
10
|
1
|
50
|
·
Kalibrasi
pipet appendorf
10 µL
|
100 µL
|
0,0098 gr
|
0,0994 gr
|
0,0097 gr
|
0,0990 gr
|
0,0095 gr
|
0,1004 gr
|
0,0102 gr
|
0,0998 gr
|
0,0104 gr
|
0,1008 gr
|
0,0097 gr
|
0, 1008gr
|
0,0097 gr
|
0,1017 gr
|
0,0097 gr
|
0,1000 gr
|
0,0098 gr
|
0,1000 gr
|
0,0095 gr
|
0,1009 gr
|
·
Spectrometer
parameter
a. Element : Fe
b. Wave leght
: 248,3
c. Band pass : 0,2 nm
d. Lamp current : 75%
e. Number of resampel
: 3
f. Background correction : D2
g. Measurements time
: 4 sekon
·
Flame
parameters
a.
Flame
type : Air-C2H2
b.
Fule
flow : 0,9 L/min
c.
Burner
height : 7,0 mm
·
Tabel
pengukuran absorbansi blanko
Konsentrasi awal
(ppm)
|
Sinyal
|
0
|
0,004
|
0
|
0,003
|
0
|
0,004
|
Rata-rata: 0,004
·
Pengukuran
absorbansi larutan standar
Konsentrasi awal (ppm)
|
Sinyal
|
1
|
0,017
|
10
|
0,121
|
25
|
0,205
|
50
|
0,296
|
·
Pengukuran
Absorbansi larutan sampel
Sampel yang telah dilarutkan dalam labu takar 50 mL
dengan air
Pengenceran sampel
|
Sinyal
|
Sampel
|
0,093
|
1 mL sampel + 1 mL standar 100ppm à 50 mL
|
0,018
|
Sampel diencerkan lagi dalam 25 mL
|
0,008
|
·
Pengukuran
akurasi
Standar 10 ppm sinyalnya 0,121
IV.
PERHITUNGAN
1.
Pembuatan Larutan Standar
ü Massa (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
=
=
= 70,025 mgram/100
ml
= 0,07 gram / 100
ml
2. Penentuan kurva kalibrasi
Konsentrasi awal (ppm)
|
Sinyal
|
1
|
0,017
|
10
|
0,121
|
25
|
0,205
|
50
|
0,296
|
Dari grafik
tersebut diperoleh persamaan garisnya adalah :
y = 0,005 x + 0,044
Dimana :
x : konsentrasi
y : sinyal
3. Penentuan limit deteksi atas dan limit deteksi bawah
a. Limit deteksi atas
Dari grafik tersebut, data paling atas masih masuk dalam
limit deteksi atas, sehingga data teratas (50 ppm) dapat diaggap sebagai batas
deteksi atas.
b. Limit deteksi bawah
Nama
|
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
blank 1
|
0,004
|
-8
|
blank 2
|
0,003
|
-8,2
|
blank 3
|
0,004
|
-8
|
N =
= 0,115470054 ppm
S = 3N = 3 x 0,115470054 = 0,346410162 ppm
Maka, limit deteksi bawahnya adalah 0,3464 ppm
4. Penentuan sensitivitas alat
Sensitivitas = g =
=
= 0,01930
5. Penentuan tingkat presisi alat
Konsentrasi dalam satuan ppm dicari menggunakan persamaan
grafik.
Sehingga : Konsentrasi = ( sinyal-0,044)/0,005
a. Blangko
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
0,004
|
-8
|
0,003
|
-8,2
|
0,004
|
-8
|
sbl =
0,115470054
b. Standar 1
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
0,017
|
-5,4
|
0,017
|
-5,4
|
0,017
|
-5,4
|
sstd1 =
0
c. Standar 2
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
0,122
|
15,6
|
0,121
|
15,4
|
0,119
|
31
|
sstd2 =
8,949487881
d. Standar 3
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
0,207
|
32,6
|
0,205
|
32,2
|
0,203
|
3,8
|
sstd3 =
16,51342888
e. Standar 4
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
0,304
|
52
|
0,301
|
51,4
|
0,283
|
47,8
|
sstd4 =
2,271563338
Presisi total
=
=18,9198
6. Menentukan akurasi dari bias (selisih) antara absorbansi
standar 3 di awal percobaan dan di akhir percobaan
·
Standar
blanko mula-mula
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
0,004
|
-8
|
0,003
|
-8,2
|
0,004
|
-8
|
Rata-rata konsentrasi = 8,0667
·
Standar
3 setelah percobaan
Sinyal
|
Konsentrasi (ppm)
|
0,004
|
-8
|
0,004
|
-8
|
0,004
|
-8
|
Rata-rata konsentrasi = 8
·
Akurasi
=
x 100% = 0,8268 %
7. Penentuan konsentrasi Fe dalam sampel bayam
Konsentrasi (dalam satuan ppm) didapatkan dengan cara mensubstitusikan
sinyal (sebagai sumbu y) ke persamaan garis pada kurva :
y = 0,005 x + 0,044
a.
Sampel
pertama, setelah di destruksi didapatkan beberapa tetes sampel yang kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, lalu ditandabataskan menggunakan HCl 0,1
M. Setelah di analisis menggunakan AAS, didapatkan sinyal absorbansi sebesar
0,017.
x =
x =
x = -5,4 ppm
Sampel tersebut telah
diencerkan dengan 50mL HCl 0,1 N, maka konsentrasi aslinya adalah:
b.
Sampel
kedua (metode standar adisi), dari sampel pertama, diambil 1 mL dan dimasukkan
ke dalam labu takar. Ke dalam labu takar 50mL ditambahkan juga standar 10 ppm
sebanyak 1 mL, kemudian ditandabataskan. Oleh karena itu, konsentrasi unsur
standarnya adalah:
100 ppm x 1 mL = konsentrasi unsur standar x 50 mL
Konsentrasi unsur standar = 20 ppm
Sinyal absorbansi
dari standar 20 ppm tersebut dicari dari persamaan pada grafik.
Absorbansi sampel +
standar = 0,093
Konsentrasi sampel
= 0,093 – 0,144 = |- 0,051| = 0,051
x =
x =
x = 1,4 ppm
Pengenceran yang
kedua:
1,4 ppm x 1 mL = Konsentrasi x 50 mL
Konsentrasi = 0,028 ppm
Pengenceran yang
pertama:
c.
Sampel
ke 3 dibuat dengan cara mengambil 1 mL sampel pertama kemudian ditandabataskan
dalam labu takar 25 mL.
y=0,008 y = 0,005x
+ 0,044
x =
x =
x = 7,2 ppm
Pengenceran kedua:
7,2 ppm x 1 mL =
konsentrasi x 25 mL
Konsentrasi = 0,288
ppm
Pengenceran
pertama:
V.
PEMBAHASAN
Dalam
praktikum kali ini, yang di analisis adalah kadar Fe dalam bayam dengan
sampel bayam yang basah. Bayam tersebut melalui proses destruksi sehingga didapatkan
larutan sampel bayam. Dari larutan sampel tersebut dibuat tiga buah jenis
sampel untuk mempraktekkan metode pengamatan yang berbeda-beda. Fungsi dari dektruksi adalh memecah rantai organik
dari sampel, sehingga mendapatkan sampel yang anorganik.
Sampel
yang akan di masukkan merupakan cairan tumbuhan bayam yang telah di destruksi sebelumnya.
Sampel bayam tersebut nantinya akan di analisis kandungan Fe yang terdapat di
dalamnya. Secara garis besar, sampel yang akan di analisis nantinya akan di
bakar melalui nyala api (burner) yang terdapat dalam alat SSA, hasil dari
pembakaran ini merupakan atom-atom yang nantinya di analisis oleh alat
spektrometri serapan atom.
Atom-atom
dari sampel akan dilepaskan membentuk suatu kabut dalam nyala atau tabung
khusus itu. Atom-atom dalam kabut tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi dan
saling bertabrakan, serta menyerap dalam kisaran λ yang sangat sempit. Hanya
atom Fe yang dapat menyerap sumber energi Fe dari Hollow Cathode Lamp, sesuai
dengan λ Fe yaitu 248,3.
Berdasarkan konsentrasi dan sinyal absorbansi dari
standar Fe yang dibuat dari garam Mohr, dibentuklah suatu kurva yang persamaan
garisnya adalah y = 0,005 x + 0,044. Dari grafik tersebut, data paling atas
masih masuk dalam limit deteksi atas, sehingga data teratas (50 ppm) dapat
diaggap sebagai batas deteksi atas. Dikatakan masuk dalam limit deteksi atas
karena titik koordinat milik 50 ppm tersebut masih berada dalam garis
linieritas. Limit deteksi bawah dicari dengan menggunakan 3 kali standar
deviasi blangko, sehingga didapatkan limit deteksi bawah sebesar 0,3464 ppm.
Sensitivitas
alat SSA dicari dari perbandingan antara slope grafik dengan standar deviasi
dari konsentrasi standar. Sensitivitas SSA dalam percobaan ini adalah 0,01930. Presisi dicari menggunakan
standar deviasi dari ketiga pengulangan setiap standar. Presisi dari SSA
tersebut adalah 18,9198 ppm.
Akurasi didapatkan dari perhitungan absorbansi
standar 3 di awal percobaan dan di akhir percobaan. Akurasi dari SSA tersebut
adalah 0,8268 %
Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya konsentrasi Fe
dalam bayam sampel pertama 0,0127% sampel
kedua 6,6 x 10-5 % dan
sampel ketiga 2,357 x 10-3 %. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi
keseluruhan sampel berada di bawah limit deteksi bawah. Kesalahan ini terjadi
di karenakan oleh pengenceran yang tidak teliti dan sampel daun pepaya yang
tidak murni lagi, sehingga sampel tidak terbaca dengan baik oleh alat SSA.
Sampel ketiga memang dibuat untuk membuktikan bahwa jika larutan sampel terlalu
encer, maka hasilnya tidak maksimal, sehingga akan lebih baik jika sampel yang
berada di bawah limit deteksi diberi tambahan standar (standar adisi).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
absorbsi, antara lain dapat terjadi kemungkinan bahwa pada temperatur nyala
yang tinggi sebagian dari logam sampel bukan saja diatomisasi, tetapi sampai
terionisasi. Ion-ion ini tidak mengabsorpsi radiasi yang datang, sehingga radiasi
yang dilakukan tidak lagi menjadi ukuran untuk konsentrasi semula analit.
Fe
Fe2+ +
e-
VI.
KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan diperoleh kurva kalibrasi dengan
persamaan garis :
y = 0,005x + 0,044
2. Limit deteksi atasnya adalah 50 ppm, limit deteksi
bawahnya adalah 0,3464 ppm.
3. Sensitivitas SSA dalam percobaan ini adalah 0,01930.
4. Presisi dari SSA tersebut adalah 18,9198 ppm.
5. Akurasi dari SSA tersebut adalah 0,8268 %.
6. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya konsentrasi Fe
dalam daun pepaya sampel pertama 0,0127%,
sampel kedua 6,6 x 10-5 %,
dan sampel ketiga 2,357 x 10-3 %.